Kalo sempet baca post-an gue tentang kebetulan yang gue alami setiap tanggal 16 per 3 bulan pasti inget bahwa tanggal yang berikutnya adalah tanggal 16 Desember 2011. Yup sadar ga sadar gue cukup menanti tanggal itu.
Hari ini tanggal 17 Desember 2011, berarti tanggal yang gue nanti itu jatuh tepat kemaren. Dan apa yang terjadi kemaren? Seharian kemaren gue sibuk ngurusin kepergian gue ke kebun Senin depan, selain itu ada salah satu karyawan yang berulang tahun jadi ngebagiin Jco buat orang sekantor, dan satu lagi ada Senam yang baru dilakuin untuk pertama kalinya di kantor gue. Hmm tidak sespesial tanggal 16 di 3 kesempatan sebelumnya sih, tapi yasudahlah anggap saja spesial. Oke untuk tanggal berikutnya berarti 16 Maret 2013 yee, hoo kira2 apa ya yang bakal terjadi di tanggal ini? Hmm semoga aja yang lebih spesial.. *Semoga*
Senam perdana Kantor gue, oiya gue yang pake celana pendek dengan strip orange dan kaos abu-abu (cuma keliatan bagian samping dan belakang)
Hohoy belum sempet gue nyeritain pengalaman gue pas ke kebun kemaren, sekarang gue udah mau berangkat berkebun lagi. Berarti ntar sekalian aje yee gue postnya setelah gue pulang.
Okeh, gue akan
berkebun (lagi). Iya gue akan kembali ke kebun, kali ini dalam waktu
yang jauh lebih lama dari yang pertama. Gue akan berkebun mulai tanggal
19 Desember 2011 s/d 6 Januari 2012. Hoho dengan jadwal demikian berarti:
1.
Gue melewatkan Grand Prix Marching Band (GPMB) yang akan berlangsung
tanggal 23-24 Desember 2011. Ooooh meeen setelah perjalanan pertama
kemaren gue melewatkan penampilan Basic Training MBUI, kali ini gue juga
melewatkan GPMB. Nampaknya do'a gue kemaren untuk tidak melewatkan
GPMB karena mesti berkebun belum di Ijabah. Yayayaya setelah 6 tahun
lamanya gue melewatkan akhir tahun di Istora untuk ikut bertanding,
menjadi helper maupun hanya sekedar menyaksikan GPMB, kini gue mesti
rela mengasingkan diri di tengah belantara Kalimantan.
2.
Gue akan bertahun baru di kebun. Untuk yang satu ini merupakan
pengalaman baru sih, setelah 22 tahun gue melewatkan tahun baru di
sekitaran Jabodetabek, kali ini gue akan melewatkan malam pergantian
tahun di Kalimantan, uhuhuuuyyy..... Tapiiiiiiiiiiiii masalahnya adalah
bagaimana heningnya bertahun baru di tengah kebun sawit, yaaah tak
apalah, pengalaman pertama biasanya menyenangkan, sekalipun itu ga
menyenangkan bakal gue anggap itu menyenangkan.. *apa deeeh*
3.
Cuti bersama Natal bakal gue lewatkan dengan bekerja, karena dari
jadwal yang dibuat, tanggal 26 Desember gue tetep kerja. Jangankan
tanggal 26, pas hari Natal tanggal 25 Desember juga gue tetep kerja.
Hmmm, haemlah pokoknya.
4. Gue bakal kepisah dari si
Neng dalam waktu yang cukup lama, bahkan yang paling lama sejak kami
bersama. Apalagi saat ini doi lagi sakit, aaaahhh makin ga khusuk deh
perjalanan gue.
Yah itu tadi yang bakal gue lewatkan
dari perjalanan gue kali ini, buat menghibur diri guepun mencari-cari
sisi positif dari perjalanan gue kali ini. Guepun menemukan beberapa
yang bisa nambah sedikit suntikan semangat, yaitu:
1. Duit gue bakal utuh. Yup bener
sekali, ditengah kebokekan gue saat ini, ke kebun merupakan hal yang
cukup gue nantikan. Dengan ke kebun gue bener-bener bisa berhemat,
karena semuanya ditanggung. Makan, minum, penginapan, pulsa dan yang
lainnya. Oiya dengan gue ke kebun pun gue ga usah ngeluarin duit buat
ongkos dan tiket ke GPMB (bener2 menghibur diri). Intinya gue bisa
berhemat dengan ke kebun.
2. Gue akan naik pesawat [lagi], hehehe...
3. Sekali lagi merasakan kehidupan di luar slum area.
4. Gue bisa refreshing. Yah setidaknya gue bisa melupakan sejenak tugas-tugas di kantor dan juga mengasingkan diri dari padatnya Jakarta.
Noh di atas kurang lebih hal-hal yang menyertai perjalanan gue kali ini. Saat ini gue cuma berdoa, semoga perjalanan kali ini bisa lancar, kerjaan di sana juga lancar
dan bisa cepet kelar, gue bisa selamat pulang pergi, gak kurang satu
apapun pas balik ke Jakarta, daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnn yang
paling penting adalah semoga pas Madah Bahana in Concert yang mana akan
berlangsung pada 21 Januari 2012 gue sedang tidak di kebun. *everyone
says: Amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnn*
*Sabtu sore di rumah si Neng sambil nonton Charlie and The Chocolate Factory
Dari kecil gue udah punya impian untuk bisa duduk di
sofa terdepan ketika ada sebuah acara. Terserah deh tuh acara mau tingkat apa,
yang jelas gue duduk dijajaran kursi terdepan dengan sofa yang beda sendiri dan
di depannya tersaji makanan dan minuman yang dihidangkan secara khusus.. Hahaha
rada kaga penting sih, tapi gue udah menginginkan hal ini sejak lama,
Alhamdulillahnya keinginan ini sudah terwujud beberapa waktu lalu, tepatnya
tanggal 17 Nopember 2011 di Manggar (ga jauh dari Balikpapan), Kalimantan Timur.
Saat itu sedang ada penutupan Rindam (semacam latihan militer) bagi para
peserta Job Trainee kantor dimana gue bekerja. Gue bersama seorang senior staff
mewakili Kantor Pusat untuk menghadiri acara tersebut, kebetulan Pak Direktur
sedang ada acara di Bali, jadilah gue dan senior staff gue yang emang ada
jadwal ke kebun menghadiri acara tersebut. Kalo ditanya rasanya, biasa aja sih sebenernya. Tapi
sensasinya itu loh, ruaarrr biaasaaa. Ada kepuasan tersendiri, yaiyalah 22
tahun nunggu gituuu…
Nih dia pengalaman pertama gue
Bukan acara besar sih, tapi tak apalah..
*Rada kaga penting yee tulisan gue yang ini (emang
yang lain penting?). Biar dikata impian yang kaga penting, gue tetep berdoa
semoga berikutnya bisa gue ngerasain hal yang sama untuk acara yang lebih
bergengsi daaaaaaaaannn emang beneran gue yang diundang, bukannya ngegantiin
orang lain yang berhalangan hadir..
Beberapa waktu lalu gue sempet baca artikel tentang
“Lookism”, setelah baca ini gue sempet khawatir tentang kiprah gue di dunia
kerja. Gimana gak coba? Nih artikel menjelaskan tentang diskriminasi fisik di
dunia kerja, hehe gue dengan tampang yang sangat “pas-pasan” bakal dengan
mudahnya tergusur kalo nih teori beneran terjadi.. Hmmm untungnya nih yaa, teori
ini cuma berlaku buat beberapa bidang pekerjaan aja, Ooooh Alhamdulillah ya
Allah…….
Btw, kayaknya kaga berasa banget, masa udah lebih dari dua
bulan aja gue menginjakkan kaki di “dunia yang sebenarnya” ini. Saat ini sih
masih menyenangkan, apalagi banyak hal baru yang bisa gue pelajari dan pastinya
masih banyak lagi yang belum gue pelajari. Dari pengalaman kerja gue yang
sedikit itu ditambah pengalaman mengarungi dunia melamar kerja yang ga terlalu
lama juga, gue mau bikin sebuah teori. Haha teori ngasal tentunya, teori yang
ga pake riset mendalam dan juga didukung dengan fakta yang ga mumpuni. Yaaah
jadi ga usah terlalu dianggap serius teori ini.
Teori ngasal ini bakal gue namain “Almamaterism” (ikut-ikutan
“lookism”). Jadi menurut sotoynya gue, ada sebuah paham di dunia kerja dimana
terjadi diskriminasi berdasarkan almamater. Yup, kalo “Lookism” diskriminasi
berdasarkan penampilan fisik, kalau “Almamaterism” ini diskriminasi berdasarkan
asal dimana karyawan ini kuliah (ga gue sebut sekolah, soalnya gue ga tau
terjadi begitu juga atau ga buat karyawan lulusan SMA). Analisa gue yang penuh
kesoktahuan ini pun membagi “Almamaterism” ke dalam 3 kategori, yaitu:
Say No to “Unwellknown”
Kategori
yang pertama ini lumayan sering gue temui, dan semuanya tampak kasat mata.
Soalnya perusahaan yang (secara tidak langsung) menerapkan sub teori jenis ini
dengan gamblang menjelaskan bahwa mereka hanya menginginkan lulusan dari
Perguruan Tinggi Terkemuka (PTT) dalam iklan lowongan kerjanya. Biasanya juga
yang sering kaya gini perusahaan-perusahaan yang ngadain program ‘Management
Trainee’ dan yang sejenisnya.
Gue
juga rada kurang ngerti sih kenapa begitu. Mungkin mereka berpikir lulusan PTT
memiliki kualitas yang unggul, buat masuknya aja udah lewat seleksi ketat, jadi
yang masuk PTT juga orang-orang pilihan, yah walaupun pada kenyataannya ga
sepenuhnya bener sih.
The Power of Iluni
Untuk
yang satu ini juga gue beberapa kali menemuinya begitu juga beberapa temen gue.
Berdasarkan Sub teori ini, keberadaan Iluni (Ikatan Alumni) sangat berpengaruh.
Seseorang yang berasal dari Perguruan Tinggi yang mempunyai ikatan alumni yang
kuat tentu sangat diuntungkan. Kuatnya Iluni membuat seorang petinggi disebuah
perusahaan menginginkan sebagian besar anak buahnya dari almamaternya, mungkin
berasa sodara sendiri aje kali yaaa.
Gue
pernah nemuin hal ini yang begitu jelas terlihat, jadi ada sebuah perusahaan
besar yang membuka program Management Trainee. Program tersebut hanya menerima
kandidat dari Perguruan Tinggi tertentu dan juga jurusan tertentu saja. Yang
bikin gue curiga adalah, ada beberapa jurusan yang berasal dari sebuah
perguruan tinggi dapat bergabung yang sebenernya (menurut gue) ga ada sama
sekali sangkut pautnya dengan core
bisnis perusahaan besar tersebut. (Sekali lagi) analisis kesotoyan gue berkata,
kemungkinan terbesarnya adalah petinggi perusahaan tersebut berasal dari
Perguruan Tinggi yang tadi gue jelasin. *Su’udzon*
Semua bisa masuk, tapiiii…………..
Sub
teori yang terakhir ini tidak terlalu kentara karena memang dimainkan dengan
sangat apik sehingga ga nampak ke permukaan, kecuali emang ada yang iseng
ngorek masalah ini atau ga sengaja menemukannya. Dalam sub teori ini, perusahaan
mau menerima karyawan dari semua Perguruan Tinggi akan tetapi dalam hal jumlah
upah yang diberikan dibedakan berdasarkan Perguruan Tinggi mana asal karyawan. Sepertinya
belum banyak yang tau atau juga ga menyadari hal ini, mungkin sebabnya karena besaran upah yang diterima masih dianggap hal yang tabu untuk dibicarakan oleh
sesama karyawan dalam satu perusahaan. Tapi yakinlah kalo hal ini benar-benar
terjadi.
Sekian
saja teori ngasal ini gue buat, mungkin kedepannya akan banyak pengembangan sehingga
terdapat sub teori yang baru. Buat yang merasa dirugikan dengan keberadaan
paham ini, tenang saja. Tidak semua perusahaan menganut teori demikian. Hal
yang paling terpenting saat ini adalah, ga usah mikirin dari Perguruan Tinggi
mana kita berasal tapi sibukanlah diri kita dengan kegiatan yang dapat menambah
kualitas diri sehingga bisa bersaing dengan siapapun dan dari manapun mereka
berasal.
“”Jangan
Anda berpikir seberapa banyak uang yang akan Anda dapatkan, tetapi pikirlah
prestasi apa yang harus kita raih karena dengan prestasi yang tinggi, uang akan
datang dengan sendirinya” _Unknown_
Percayalah buat saya dan sebagian besar pria lainnya, merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk tidak duduk ngangkang di dalem angkot... Maafkan kami wahai wanita yang mengambil space yang cukup besar di dalem angkot...
Hueeaaeeeoooo hari ini (171111)
gue berangkat ke kebun (Kutai Timur, Kaltim) daaaaaaaannnn pulangnya masih
belum jelas kapan. Gue berangkat berdua bareng senior staff gue. Agenda
kedatangan gue ke sana adalah menghadiri Penutupan Rindam Job Training (semacam
MT) angkatan IX Bima Palma Group. Jadi peserta JT IX sebelum training, mereka
mesti ngikutin program Rindam yah semacam latihan militer gitu selama sebulan,
dan malam ini penutupannya. Gue sebagai HRD HO jadi perwakilan buat menghadiri
penutupan itu. Agenda lainnya adalah inventarisasi asset kebun di GO Sangatta
(perwakilan) dan juga kebun PT Lintas Khatulistiwa Utama (salah satu PT di Bima
Palma Group).Sebenernya sih jadwal gue
di sana cuma sembilan hari, tapi berhubung gue anak baru jadi mesti orientasi
dulu di sana, temen gue yang masuknya bareng gue juga rata-rata sebulan sampe dua
bulan orientasi di kebun.. Haaahh semoga aja gue bisa pulang sesuai jadwal,
soalnya nih yaaa dengan kepergian gue saat ini gue ga bisa ikutan ke
Bandung buat kondangan ke sepupunya si Neng, terus juga gue gabisa dateng ke
acara penampilan Basic Training MBUI yang mana seharusnya gue jadi MC,
huoooooo…… Dari situ gue berdoa jangan sampe gue melewatkan Grand Prix Marching
Band maupun Madah Bahana in Concert, aaahhh amsyoong banget kalo itu sampe
kejadian…
Mau ngerandom dikit ah… Kalo kita
kesel n gondok sama seseorang itu rasanya arrgghhh!! pengen errrgghhh rasanya
(super random). Nah gimana rasanya kalo kita kesel, sebel, murka, gondok dan
segala macem ke diri kita sendiri…? Ahhh itu rasanya lebih dari hanya sekedar
arrrgghhh ataupun errggghhhhh, udah pengen membombardir, memporakporandakan,
meluluhlantahkan diri sendiri rasanya. Apalagi nih ya kalo pemicunya adalah
karena kesalahan bodoh yang cukup fatal di waktu yang sangat tidak tepat, yah
misalnya aja lupa ada janji sama pacar pada malem di mana besoknya mesti
berpisah dalam waktu yang ga terlalu sebentar *eaaa malah curhat*. Jelas aja
doi marah, wong gue sendiri juga mencacimaki diri gue sendiri.. Yaaahhh
begitulah pokoknya. Semoga aja segera membaik dan ga berpengaruh dengan
kegiatan gue selama di kebun.
Sekarang mau yang lebih random
lagi… Belakangan ini gue perhatiin angkot M04 (Depok Timur-Ps. Minggu) yang
harusnya berwarna putih cokelat jadi banyak yang berwarna merah karena seluruh
permukaan tubuhnya dilapisi darah, hehe kaga deng tapi dicat buat iklan salah
satu merek permen kopi yang udah dari dulu ada. Masalahnya adalah, tuh angkot
jadi nyaru sama R-19 *atau M-19 ya?* (Depok-TMII) yang mana warnanya emang
merah pull. Terus juga satu lagi, Metromini 75 (Ps. Minggu-Blok M) entah kenapa ga
ngetem di depan Robinson Ps. Minggu tapi malah di pertigaan Gereja sebelum Ps.
Minggu. Hmm entahlah..
Hmm sebelum randomnya makin
menjalar mending gue sudahi dulu aja kali yeee… Doakan saya selamat dan lancar
dalam dinas kali ini, dan yang lebih penting adalah semoga gue bisa hadir di
GPMB dan MBIC, kaga ada dah jadwal ke kebun pada saat itu. Satu lagi yang jauuh
lebih penting, semoga si Neng udah kaga murka lagi dan gue aman tenteram perjalanan dinasnya...
“Ah! Kaga mungkin lu freshgrad…”
kira-kira itulah tanggapan yang gue dapet dari kebanyakan orang di kantor pas
gue bilang kalo gue masih freshgraduate.
Hmm untungnya gue udah terbiasa dengan semua omongan yang mengindikasikan bahwa
muka gue ga sesuai sama umur gue, atau gampangnya “muka gue tua”..
Gue juga kurang ngerti kenapa
bisa begini, kenapa muka gue seems older
than my age, dan kenapa semua orang menyadari itu, hhe… Hal ini sebenernya
udah berlangsung lama, kalo ga salah sejak gue kelas 2 atau 3 SMP, soalnya
seinget gue pas gue SD dan awal SMP banyak yang bilang kalo gue terlihat lebih
muda dari umur gue (kayaknya sih pengaruh ukuran tubuh gue yang mini). Tetapi
semuanya berubah pas gue jalan bareng sepupu gue yang cewek dan udah punya
anak, waktu itu doi minta temenin gue ke suatu department store. Sebagai kompensasi gue dtraktir makan bakso. Dari
sinilah semua bencana itu berawal. Ketika gue bareng sepupu (S) gue dan anaknya
(AS) lagi makan bakso, tiba-tiba AS nangis. Gue yang emang ngerasa AS bukan anak
gue ditambah dorongan perut yang tereak-tereak minta diisi, yah gue lanjut aja
terus makan tanpa ada niatan buat ngebantuin S ngurusin AS. Terus tiba-tiba aja
seorang ibu yang duduk di sebelah meja gue dan AS ngomong “gimana sih bapaknya,
anaknya nangis dia malah asik makan bakso aja”.. JERENGJEEEENG!!! Bujug dah gue
dikira suaminya S, rasanya saat itu gue pengen ngeluarin dompet nunjukin Kartu
Pelajar sambil bilang “ Maaf bu saya masih tercatat sebagai siswa SMP, dan saya
bukan bapaknya anak itu”.
Kemalangan gue pun terus
berlanjut hingga kini. Pernah suatu kali gue diajak bokap gue ke tempat doi
kerja, kalo ga salah waktu itu gue kelas 2 SMA. Ada seorang temen bokap yang
bilang “Pak Ahmad ini anaknya (sambil nunjuk ke arah gue) ya? Anaknya yang udah
nikah kan?”. Bushyeeennnggggg!! Gue masih SMA dan bokap gue belum punya anak
yang udah nikah, HADEUUH..HADEEUUUHHH….. Dulu sih gue rada murka gimanaa gitu
kalo ada yang menyinggung masalah ini, tapi sekarang kuping gue udah cukup
kebal buat menerima semua yang orang bilang akan muka gue yang sama sekali ga
ada hemat-hematnya… *pasrah* Oiya selain itu juga saat ini gue udah ada sedikit
hiburan, jadi suatu ketika pernah salah seorang temen gue yang sepertinya emang
ingin menghibur gue cerita akan artikel yang pernah dibacanya. Artikel yang
ditulis oleh Salma Hayek itu menceritakan tentang pengalamannya, yah kurang
lebih kutipannya kaya gini “Waktu saya berusia 15 th, wajah saya seperti saya
sudah berusia 18 th. Ketika saya berusia 18 th, wajah saya seperti saya sudah
berusia 21 th. Ketika saya berusia 21 th, wajah saya seperti saya sudah berusia
25 th. Dan ketika usia saya sudah 35 th, wajah saya masih seperti saya berusia
25 th”. Huoooo, langsung mendapat hiburan gitu gue, bener2 menyegarkanlah. Yah
seenggaknya saat ini gue bisa berharap kalo nasib gue bisa sama kaya Salma
Hayek, gyahahahaha…..
"Buat apa lu jadi sarjana di kampung lu, tapi kalo lu ada buat lu sama keluarga lu doang, ga berbuat apa2 dengan kampung lu!!"
Jleb..jlebb, ribuan paku menghujanm langsung setelah temen gue yang gue sebut Duri... Ajegile, bener juga ya buat apa gue jadi kebanggaan keluarga gue dan segelintir orang di Belendung gue kalo ga melakukan suatu hal yang ga cuma buat gue dan keluarga. Sebenenya gue udah punya niatan lama buat ikut ngebantu Belendung tercint, yang udah terpikir sampe sekarang sih gue mau bikin yayasan beasiswa buat ngebantu anak2 di Belendung yang pengen banget sekolah tapi ga ada duit, yaaah itung2 gue bales budi karena emang gue juga bisa sekolah tinggi dari beasiswa. Pas gue ngutarain itu, Duri langsung bilang: "Kalo mau kaya gitu kayaknya masih lama, karena lu mesti nunggu kaya dulu atau paling ga punya duit lebih buat bisa ngasih beasiswa ke anak2 Belendung. Mending sekarang pikirin konsep gimana caranya lu bisa berbuat sesuatu yang ga perlu ngeluarin banyak duit, gue mau bantu kok"
Hmm berarti PR gue sekarang adalah mikirin gimana konsep yang paling sederhana buat gue bisa berbuat sesuatu buat Belendung.
Hoooo gileee,, di kantor semua akses akan dunia yang bernama
seperti judul lagunya bang H. Rhoma Irama “Maya” terputus!!
Setelah dua minggu bekerja,
akhirnya komputer buat gue bekerja dateng juga. Awalnya semua berjalan dengan
indah, komputer gue di install berbagai macam program yang mendukung kerja gue,
jaringan internet juga tersambung dengan anggunnya. Hampir semua situs website
bisa terhubung kecuali dua jejaring sosial, Facebook dan Twitter, yang
nampaknya dikebanyakan kantor juga diblokir. Kegirangan gue ga berlangsung lama
ternyata, selang seminggu kemudian jaringan internet di komputer gue mulai
dibatasi. Situs yang bisa dibuka cuma
google, yahoomail, gmail, detik.com, kompas.com, dan (yang nampaknya sangat
penting) situs pemerintahan Kalimantan Timur *hoaallaaaah*. Dengan keadaan
seperti ini, terbatas sudah pergerakan gue dengan si maya, yang paling jelas adalah gue udah ga bisa dengan leluasa
ngeblog kalo lagi istirahat, ngaskus, juga browsing buat nyari info yang lagi
trend. Tapi gue tetep bersyukur, gmail masih
kebuka dan berarti sesekali gue masih bisa chatting sama si Neng kalo kerjaan
lagi ga banyak. *penyegar*
Nampaknya jodoh gue dengan maya kian menjauh, setelah cukup
nelangsa dengan dibatasinya jaringan internet di komputer gue, kini sudah semua
situs terblokir dengan sempurna. Boro-boro mau ngeblog, buat buka gmail sama yahoomail aja kaga bisa dan google pun kaga bisa juga. Yah dari
sini gue menyimpulkan kalo: “Maya, kita putus!!”
*weekend ini (5-6 November 2011)
di mana lagi gegap gempitanya sama Idul Adha (btw, selamat idul Adha yaaa), gue bakal menduda. :( ..
Si Neng lagi liburan ke negeri Singa bareng geng ucrinnya. Hmmm andai udah ada
jatah cuti dan ada duit lebih,….
Rabu malam, 27 Oktober 2011,
entah masih hinggap di tanggal itu atau telah bergeser satu angka setelahnya.
Mimpi itu hadir, entah apa yang melatarinya tapi ia hadir secara tiba-tiba.
Gyahaha…. kaga gue banget ya bahasanya
Saat ini gue sedang marathon baca
bukunya Dee (Dewi Lestari) *telat banget yee*. Mulai dari rentetan Supernova,
Recto verso sampe Madre (Info kurang penting). Dari sini gue jadi ter uwow-uwow
sama semua tulisan Dee (kecuali Perahu Kertas sama Filosofi Kopi, belum baca
soalnya, hhe). Kalo gue ngebandingin tulisan doi sama tulisan gue, edodoeee,
jauh banget, sangat amat bahkan. Beda kelas sepertinya memang.
Balik ke paragraf awal, jadi tuh
Rabu malem gue mimpi, mimpi yang cukup ga biasa. Jadi gue seperti sedang
terlibat dalam sebuah kompetisi, Eh tapi gue lupa deng itu buat kompetisi atau
wawancara kerja. Pokoknya digambarkan gue lagi ngantri buat wawancara. Pas tiba
gilirannya, gue masuk dengan santai dan berjalan gontai kaya orang yang lagi di
pantai memakan petai sambil bawa rantai *rima yang dipaksakan, hhe*, di dalam
udah nunggu 2 orang pewawancara. Pas sampe di depan pewawancara gue langsung
dikritik akan sikap gue yang kurang oke, bujug dah belum juga ngomong apa-apa
udah langsung dapet serangan. Hmm salah gue juga sih, mau wawancara tapi
sikapnya ga oke. Setelah serangan pertama gue dapatkan, kini gue siap untuk
mendapatkan serangan selanjutnya *berasa apaaan gitu*. Pertanyaan pertama dan
satu-satunya yang keluar adalah “apa makna Tuhan bagi anda?”, jengjengjeng!!
Pertanyaan gampang sih, tapi susah jawabnya, hehe. Pokoknya gitulah mimpinya.
*Udah gitu doang*
Paginya setelah gue mimpi itu,
gue melanjutkan kegiatan seperti biasa. Berangkat kerja jam 7 pagi, mengarungi
jalanan Depok-Warung Buncit dengan selimut polusi yang menjadi akrab dengannya.
Selama di angkot gue ngelanjutin baca buku yang tertunda, Madre. Pas gue buka
pembatas buku, ternyata yang siap gue baca adalah cerpen berjudul “Semangkuk
Acar untuk Cinta dan Tuhan” di halaman 100 tepatnya. Cerpen itu dibuka dengan
kalimat: Berikut ini dua pertanyaan yang paling kubenci: Apa itu Cinta? Apa itu Tuhan. Gue awalnya biasa aja, tapi pas baca
isinya barulah gue teruwow-uwow, tuh cerpen ngebahas tentang seseorang yang
ditanyain sama seorang wartawan “apa makna Tuhan bagi anda?”. Gilee yeee, ga
tau kebetulan apa gimana, mimpi gue malam sebelumnya seolah seperti petunjuk
tentang apa yang akan gue baca hari itu. Terus abis itu gue langsung kepikiran
bakal mimpi apalagi ya malam berikutnya, apakah akan ada lagi mimpi yang bakal
ngasih tau bacaan apa yang akan gue baca keesokan harinya? Hmm nampaknya itu
hanya sekedar angan yang tercipta karena sebuah kebetulan.
Pernah mengenal seseorang dalam
dua tempat yang berbeda dengan peran yang berbeda dan penempatan diri yang
berbeda? *belibet yee* Gue pernah. Gue kenal sama temen di sebuah organisasi, sebut
saja nama orang itu Duri (bosen dengan mawar). Umurnya sih cukup terpaut jauh
sama gue, meskipun demikian kami cukup klop. Duri dengan umurnya yang bisa
dibilang mateng tapi mempunyai visual yang (nampaknya) ga ada mateng
–matengnya, sedangkan gue kebalikannya, di umur gue yang early 20 ini visual gue udah…. Hmm ga usah disebut deh *curhat*. Selama
4 tahun lebih gue kenal Duri di organisasi itu, yang gue tangkep adalah Duri
sebagai sosok yang periang, temen gue berhahahihi, temen lawak gue, temen
beryayayeyey ria, tempat gue curhat masalah kegetiran hidup tapi tetep dibalut
dengan lawakan. Pokoknya cukup menyenangkanlah. Oiya satu lagi, Duri juga demen
begaol sama anak2 yang umurnya jauh di bawah doi, kurang tau sih apa motifnya,
yah anggap saja sebagai ajian buat nambah lama masa mudanya, *ati-ati aja pas
sadar, taunya udah jadi nenek* ehehe.. pisss…..
Karena sering bertukar cerita,
gue jadi tau bagaimana perangai Duri di kantornya. Bussyyyeeeennnggg jauuuhhh
beda, pokoknya 540 derajat deh bedanya. Btw, doi kerja sebagai chief editor disebuah penerbitan yang foKus
ke buku-buku yang berat, pokoknya kaga ada tuh buku-buku komedi ataupun teenlit
dalam kamus mereka, “Kepulauan Nusantara” dan “Toba Nasae” salah dua model buku
yang diterbitin. Balik lagi ke perangai, Duri sebagai kepala maka doi juga
bersikap bagaimana layaknya seorang kepala, wuiihhh sangar meeennn. Bos aje
bisa dilawan, apalagi gue *siapa gue?* Duri juga sering cerita kalo doi sering
banget marahin anak magang dikantornya, ditol*l2inlah pokoknya. Mecat orang
apalagi, udah kaya sarapan bulanan kayaknya, hhe… Duri juga pernah bilang kalo
doi sering banget nyorat-nyoret plus ngelempar tesis maupun disertasi orang2
karena (kasarnya) gak layak diterbitin, songong banget dah padahal doi aja
belum pernah ngerasain bikinnya.
Sampe disini gue bersyukur karena
gue mengenal Duri di organisasi itu, coba aja kalo gue mengenal Duri di kantor
tempat doi kerja. Wuiiidiiihh, bisa tetep cekakakcekikik gak ya? Hmmm, mungkin
aja doi ngomel terus gue pancing biar ga jadi. Haha kaga kebayanglah kalo gue
kenal Duri dengan sosok yang beda dengan yang saat ini gue kenal.
Selain Duri ada satu lagi orang
yang gue kenal yang kasusnya sama kaya Duri, sebut saja doi Esena. Gue kenal di
organisasi di mana gue mengenal Duri. Esena yang gue kenal adalah Esena yang
*susah deskripsiinnya*, hmm pokoknya doi berbaur dengan semua, baik hati, tidak
sombong, gemar menabung dan taat berlalu-lintas (bener kan ya mbak Esena?),
hhe.. Gue jengjeng banget (apa coba?), pas ada temen gue yang junior doi
dikampus cerita tentang gimana sosok Esena di kampus.. Super uwooww lah, Esena
orang yang sangat disegani dan dihormati, bahkan sama juniornya yang beda satu
angkatan. Ketika gue berkenalan dengan seseorang yang ternyata adalah junior
Esena di SMA, tambah tercengang gue, betapa uwownya sosok Esena di SMAnya,
bahkan sampe sekarang ketika udah lebih dari 6 tahun doi meninggalkannya. Di
organisasi terbesar di kampus, doi juga merupakan someone yang sangat berpengaruh, paling ga itu yang gue denger dari
temen gue yang juga anggota organisasi itu. Esena sering ngasih materi buat
calon anggota organisasi tersebut, bahkan doi juga termasuk tim fit n proper test buat calon ketua dan
wakil ketuanya (yang ini kalo gak salah, hhe).
Nah yang gue amaze adalah gimana Esena bisa menempatkan diri ketika doi berada
di organisasi dimana gue mengenalnya. Esena seolah-olah melupakan semua peran
doi di luar. Gue rasa kalo gue dan temen-temen organisasi gue yang notabene
jauh di bawah doi dalam tingkat kesenioran mengenalnya di tempat lain pasti
bakal rada sungkan buat bergaul sama Esena, yah paling ga gak akan seintim saat
ini. Oiya gue sempet menyinggung masalah ini sih ke Esena langsung, menurutnya
ia memang menempatkan dirinya sesuai peran dimana dia berada *triing*, bener
banget peran lebih tepatnya peran sosial, yah kaya yang diajarin dalam ilmu
Sosiologi. Dari yang pernah gue pelajari, dapat disimpulkan bahwa setiap orang
punya banyak peran dalam hidupnya dan orang tersebut harus menempatkan dirinya
sesuai peran dimana dia berada. Menurut gue Duri dan Esena adalah salah dua
contoh yang oke banget menempatkan dirinya sesuai peran di mana dia berada.
*Info (yang semoga) penting: sebenernya
nih tulisan udah lama banget pengen gue tulis, tapi baru saat ini kesampean.
Oiya satu lagi, kantor gue sekarang ngeblokir situs blogger jadi gabisa lagi
deh ngepost dari kantor, padahal kalo ga diblokir mungkin aje bakal sering
ngepost, hhe……..
Wew ga terasa yee, udah
dua minggu aje gue menyelami rimba “dunia nyata” ini, hmm belum ada yang
spesial sih. Yah namanya juga anak baru, belum ada kerjaan juga komputer,
jadilah dua minggu kemaren gue hanya belajar, belajar dan belajar.. Oiya
ternyata jobdesc gue berubah, yang
tadinya payroll sekarang jadi
nanganin SOP (Standard Operating Procedure)
dan internal memo sama bantuin GA (General
Afair) juga sih, soalnya staf GA-nya belum ada. Intinya kerjaan gue saat ini
masih terus mempelajari SOP-SOP dari perusahaan lain, baik itu perusahaan
perkebunan maupun yang non perkebunan, juga ngurus SOP yang lagi dalam proses
serta sesekali bantuin temen sebelah kabin yang lagi disibukkan dengan project
ERP (Entreprise Resource Planning).
Di tengah
ketiadakerjaan (ngasal) gue di kantor, Senin malam kemaren (10 Okt) gue sama si
Neng dan keluarganya nonton pertunjukan Battery
Dance Company di Teater Besar Taman Ismail Marjuki. Enyaknye si Neng dapet
tiket gratis gitu, jadilah gue diajak nonton bareng, asoynyee... Pertunjukan
ini kayaknya merupakan serangkaian acara yang diusung US Embassy, soalnya di sebelah TIM yang tak lain dan tak bukan
adalah IKJ (Institut Kesenian Jakarta), juga lagi ada acara dari US Embassy, namanya Carl Arts bentuknya
workhshop animasi gitu.
Awalnya gue kira
Battery Dance Company, semacam pertunjukan tari yg diiringi live music battery
percussion, atau nari sambil maen music, tapi ga ternyata. Pertunjukan ini full
dengan tarian, yaiyalah ya namanya juga Battery Dance Company bukan Battery
Band Company. Ada 5 penari yang kesemuanya juga merupakan koreografer, yaitu:
Sean Scantlebury, Bafana Solomon Matea, Carmen Nicole Smith, Mira Bai Cook, dan
Robin Cantrell. Mereka semua penari handal nampaknya, soalnya keliatan banget
dari kualitas semua tarian yang mereka bawakan. Sebenernya sih pertunjukan ini
cukup menarik, mungkin belum familiar aja kali yee di mata gue, maklum masih
lokal abis idup gue, hehe.. Ada satu tarian yang menurut gue paling menariknya,
yang nari 4 orang (minus Robin kalo ga salah) terus musiknya bikin sendiri.
Jadi ada sebuah alat yang bisa ngerekam suara setiap orang. Misalnya, seorang
penari nyebut dungdungdem..dungdungdem.. ntar tuh alat terus ngulang bunyi itu,
terus penari lainnya bilang syubidup pap..syubidup pap.. pokoknya begitu terus
sampe menghasilkan bunyi akapela yang cukup apik. Selain itu juga tariannya
dibawakan dengan gaya komedi teatrikal (tambah ngasal), haha pokoknya gesture
badan sama mimik muka penarinya ngundang banget buat ketawa..
Kalo gue boleh jujur, entah kenapa gue jauh
lebih tertarik pas liat konser pelepasan Liga Tari UI maupun Kencana Pradipa
Psikologi UI. Buat gue tarian tradisional Indonesia jauh lebih menarik buat
dinikmati, selain ragamnya yang banyak, tariannya juga ngebuat mata enggan
beranjak.
Satu yang paling yahuud
dari pertunjukan ini adalah gue duduk dijajaran bangku (yang bisa dibilang)
VIP, hoho jadi inget waktu nonton Musikal Laskar Pelangi, di mana gue duduk di
lt. 2 pojok belakang kanan dan selalu menatap penuh keinginan untuk bisa duduk
di bangku jajaran depan. Rasanya lebih negla aja, muka penarinya lebih keliatan
dan jelas.
Ngomong-ngomong by the
way nih yaa (di luar konteks), tanggal 24 Oktober 2011 konon kabarnya gue mau
orientasi di kebun, 10 hari di Kutai Timur, hohoho dan akan ada project juga di sana, jadi sampe
Desember gue bakal sering bolak-balik ke sana. Hohoy lumayan refreshing dari pada ngendon sembari
numpang duduk doang di Head Office…Hmm
paling ga ada tambahan satu pulau gue jambangi, hohoho Borneo…Hallo kawan-kawin yang udah duluan ke Borneo,
gue nyusul nih…
Emang udah begitu
aturannya pan ya, kalo kita lahir tuh udah ditentuin lahir di mana, siapa orang
tuanya, kapan lahirnya termasuk juga apa sukunya. Yah begitu juga gue, pas
lahir gue udah tinggal nerima dan ngejalanin semuanye. Tangerang, 8 Juni 1989
jam setengah 8 pagi dari rahim enyak gue yang aseli Betawi tulen sama kaya si
babeh. Yup Betawi, itulah suku yang dikasih olehNya buat gue.
Lahir dan tumbuh di
lingkungan dengan tingkat ke-Betawi-an yang kadarnya luar biasa tulen membuat
gue juga jadi ikutan tulen Betawinya. Tapi anehnya nih ya, meskipun gue aseli
Betawi, gue baru tau kalo suku gue Betawi setelah gue kelas 5/6 SD atau bahkan
pas gue SMP (lupa pastinya, hhe), itu juga karena gue belajar tentang suku-suku
dan mengidentifikasi bahwa ciri-ciri Betawi adalah yang paling pas buat gue
sekelurahan *parah banget yee?*. Kaga ngarti juga gue kenapa bisa begitu, baik
enyak babeh, keluarga besar maupun orang sekelurahan, kaga pernah ada yang
bilang “kita ini orang Betawi”, mereka selalu bilang “kita kan orang Ceper
(nama wilayah rumah gue, Batu Ceper)”. Entah karena ketidaktahuan yang
melatarinya atau kaga demen dibilang orang Betawi dan membuat suku baru, yaitu
suku “CEPER”. Yah apapun itu, yang jelas kini gue tau kalo gue, enyak babeh
gue, keluarga besar dan orang sekelurahan gue adalah suku Betawi. Saat ini gue
juga berusaha ngasih tau ke adek, sepupu, keponakan atau siapapun itu yang
masih belia “Kita orang Betawi yang tinggal di sekitar Batu Ceper”. Yah kaga
mau aja kalo mereka kaya gue, yang baru tau sukunya sendiri setelah mereka
belajar di sekolah. *miris*
Ngomong-ngomong soal Betawi,
ada beberapa stereotype yang agak gue
ga suka. Pertama adalah masalah pendidikan. Udah jadi rahasia umum, kalo buat
orang Betawi pendidikan bukanlah hal yang utama dan gue mengamini itu karena
gue sendiri merasakannya. Kurang ngeh gimana awalnya bisa sampe kaya gini, yang
jelas berdasarkan pengamatan gue pribadi, buat orang Betawi yang mau sekolah
sampe tingkat Perguruan Tinggi itu luar biasa jarang. Kebanyakan alesan utamanya
adalah masalah biaya dan yang lainnya adalah nerusin usaha orang tua jadi ga
usah sekolah, bahkan ada yang lebih parah, gak mau ngelanjutin sekolah karena
ngerasa leluhurnya udah tajir 7 turunan (semoga aja doi bukan turunan ke-8).
Sepupu gue juga hampir semuanya selepas SMA langsung pada kerja di pabrik,
bahkan ada juga yang saking ngebet pengen nyari duit, sekelarnya SMP langsung
kerja, padahal enyak-babehnya pengen banget nyekolahin sampe SMA. Hoalaaah, haemm banget yaa.. Mungkin gue juga bisa aja kaya mereka, untungnya dari kecil
gue orangnya pengen diliat, dalam artian gue pengen orang-orang tau kalo ada
gue di dunia (busyyeeeng ekstrim banget ya?). Haha pokoknya dari kecil gue
pengen dipandang sama dengan anak-anak komplek PAP II (komplek perumahan buat
karyawan PT Angkasa Pura II yang letaknya nempel sama kampung gue), jadi
meskipun gue orang kampung gue kaga mau mereka ngeliat gue sebelah mata,
terlebih sebagai babu mereka, karena emang banyak tetangga gue yang jadi kuli
cuci mereka. Menurut gue itu semua bisa gue capai lewat pendidikan, yah
beruntungnya gue punya orang tua yang juga nurut-nurut aje ama yang gue pengen.
Mau gue sekolah sampe setinggi apapun hayoo aja mereka mah, masalah ada duit
atau ga mah itu urusan belakangan. Intinya kalo ada keyakinan pasti ada jalan.
Hal lainnya adalah
orang Betawi sebagian besar (semoga beneran gak semuanya) “Jago Kandang”. Gue
rasa hal inilah yang bikin kalo orang Betawi itu tinggalnya pasti ngumpul semua
di satu wilayah, pokoknya semua sodara tinggal di lingkungan yang sama.
Keluarga gue juga begitu, enyak babeh gue berasal dari satu kelurahan,
encang-encing gue yang laen juga tinggal kaga jauh dari rumah gue, yah paling
banter juga beda kecamatan. Gue juga kadang rada ngiri sama orang Padang sama
Jawa begitu juga suku-suku lainnya di Indonesia yang kayaknya orang-orangnya
tersebar merata di seantero negeri. Hadeuuh pada betah banget ya? Padahal gue
sendiri mah pengen banget ngerasain daerah luar, idup dengan suasana yang beda,
melanglang buana kemanaaaa gitu.. Oiya gue rasa karena kebanyakan orang betawi
idupnya yah di situ-situ aja dan dengan orang yang itu-itu aja jadi pikirannya
agak sedikit tertutup, rada susah juga dimasukin hal yang fundamental secara
langsung. Roman-romannya sih karena udah merasa nyaman dengan yang udah ada,
jadi kaga mau dimasukin hal baru. Misalnya aja kasus penolakan pembangunan
Gereja disekitar lingkungan rumah gue pas taun 80-an (menurut cerita babeh), terus
juga penolakan pembangunan sekolah keagamaan yang bukan sekolah Islam pas gue
SMP (kalo ga salah). Waktu pas ada kasus di Bekasi, dimana pembangunan gereja
ditolak oleh sekelompok orang, gue sih udah mafhum aja karena gue udah
ngerasain kenapa hal ini bisa terjadi. Hmmm sederet hal lain yang juga agak ga
gue suka adalah stereotype yang
mengatakan bahwa orang Betawi itu males, tukang mintain duit juga tukang utang,
dan sekali lagi gue mengamininya..hmmhhhh……….
Dibalik itu semua ada
satu yang sangat gue suka, yaitu kekeluargaannya. Huoo kalo udah ngomongin
kekeluargaan mah udah paling mantep dah, erat luar biasa. Gileee itu mah udah
kaga ada duanya, kalo menurut gue. Bener-bener dah itu yang namanya saling
membantu dan tolong-menolong ga usah disangsikan lagi, kalo ada orang kawinan
atau ada kematian itu yang paling jelas keliatan. Orang Betawi juga terkenal
akan keloyalannya dan menjamu tamu dengan baik, wuiihh pokoknya kalo ada tamu yang
mau dateng pasti rumah jadi lebih
tertata, yang ga ada juga di ada-adain, haha…
Huee semoga kedepannya
semua stereotype yang agak kurang
enak bisa segera pudar, banyak yang sekolah tinggi, punya pikiran lebih
terbuka, ga cuma jago kandang, juga rajin dan ga suka ngutang. Oiya buat semua
temen-temen sesame Betawi, nyok sama-sama kita bikin suku kita lebih oke lagi,
hhe..
*note: nih tulisan
berdasarkan pandangan gue pribadi dari pengalaman idup gue yang emang belom
lama, jadi mungkin banget terjadi kesalahan. Kalo semisalnya ada yang salah,
bolehlah sekiranya koreksi saya.. hoho…
Besok (3 Oktober 2011) merupakan hari pertama gue memasuki dunia (yang kata orang2) yang sebenarnya. Yup, tepat Senin besok gue bakal mulai kerja di sebuah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang bernama PT Bima Palma Nugraha (head office di Warung Buncit, Jakarta Selatan, dan kebunnya di Kutai Timur, Kalimantan Timur). Setelah pengembaraan yang cukup panjang dalam mencari kerja, nampaknya perusahaan ini bisa menambat hati gue..
Sesungguhnya gue pernah nolak nih perusahaan karena suatu alasan, tetapi emang mungkin dasarnya udah jodoh kali yaa jadi mereka nelpon lagi dan akhirnya gue bersedia gabung. Ada beberapa hal yang bikin gue kecantol sama nih perusahaan dari awal. Pertama, letaknya di Warung Buncit yang mana ga jauh-jauh banget dari Depok maupun Tangerang, terus juga deket dari kantor riset tempat gue freelance dari 2008. Maksudnya sih sekalipun gue udah kerja tetep, gue masih bisa nyambi ikutan proyek riset, lumayan kaan??
Selain itu, base gue di head office dan minimal satu kali dalam sebulan gue bakal ke kebun. Asiknya gue ga mesti tinggal jauh dan ga pake pindah-pindah tempat, jadi pas ntar gue berkeluarga, anak dan istri gue ga mesti repot pindah-pindah rumah. Selain itu, gue juga akan sering melakukan perjalanan dinas, haha ini yang gue demen, gue akan menambah daftar daerah yang gue kunjungi, salah satu impian gue bisa terwujud.
Untuk masalah jobdesc, gue sangat suka. Gue bakal jadi staff HRD bagian payroll, pokoknya gue demenlah dengan jobdesc ini. Yang terakhir dan gak kalah pentingnya adalah ini merupakan perusahaan baru yang sedang berkembang, umurnya baru 7 tahun, yah buat ukuran perusahaan kelapa sawit sih ini masih baru. Gue sih optimis aja kalo nih perusahaan akan terus berkembang, gue juga mau ikut berkembang bersama perusahaan ini dan bisa jadi pioneer nih perusahaan.
Pokoknya berdoa aja, semoga ini emang yang terbaik yang dikasih Allah buat gue. Honestly, sampe saat ini gue masih H2C (harap-harap cemas) nunggu hasil wawancara akhir PPS BRI, tapi nampaknya hampir pasti gue gak lolos karena temen gue yang tesnya bareng udah dihubungi buat medical checkup. Prinsipnya, kalo emang jodoh ga bakal kemana, jadi kalo emang gue masih berjodoh dengan BRI yah pasti ada jalan. Oiya, buat ODP BCA-Finance pada akhirnya gue lepas...
Semoga semua keputusan yang gue ambil adalah yang terbaik, buat gue, keluarga, pacar dan semua orang yang ada di seantero dunia, amiiinnnn......
Terlahir dengan kondisi Kakek-Nenek dari Bapak dan Ibu yang berasal dari satu daerah bahkan satu kelurahan membuat gue ga pernah kemana-mana dari kecil, mau kemana coba? Semua sodara gue kumpul di Tangerang. Yah gitulah pokoknya, idup gue cuma di situ-situ aja... Baru pas kuliah aja gue bisa ninggalin kampung halaman, itu juga ga jauh2 banget, cuma Depok aje yang bisa ditempuh dalam 2-3 jam perjalanan..
Pernah sih sesekali keluar kota.. Jogja, Bandung, Kuningan, Bogor, Sragen, Solo itulah kurang lebih sederet kota yang pernah gue singgahi. Itu juga karena acara sekolah ataupun tuntutan tugas kuliah daaannn dari semua kota itu masih berada di Pulau Jawa,hooo nasiiippp *ga bersyukur*.... Yang kemudian bersarang di kepala gue adalah "Saya ingin ke luar Pulau Jawa!! saya ingin merasakan kehidupan di pulau lain". Alhamdulillah do'a gue pun diijabah sekitar Mei 2009, ohoho gue berkesempatan mengikuti 7th ASEAN Youth Cultural Forum di Nakhon Phatom dan Bangkok, Thailand. Gileee segerrr bener pikiran gue saat itu, yiihhaaaa gue bakal merasakan kehidupan luar pulau sekaligus luar negeri... Hohoho kaga cuma gue, keluarga gue pun bersorak-sorai mendengar berita ini.. Akhirnya sejarah keluarga gue berubah, biasanya ke luar negeri cuma buat ke Mekkah buat menunaikan Rukun Islam ke-5, kali ini ada juga yang ke luar dengan tujuan laen...
Satu yang gue inget, nih berita begitu cepat menyebar.. Yah inilah "The
Power of Mouth", daaaannn yang lebih pasti adalah beritanya udah
berkembang secara liar bahkan jauh dari cerita sebenarnya. Pernah suatu
ketika ada yang nanya gue di dalem angkot (sumpah gue ga tau doi siapa),
"Loh kok Andrian ada di sini (Belendung-red)? Katanya udah tinggal di
Taiwan?", jreenggjreennggg... Liar banget kan berkembangnya..? Gue ke
Thailand bukan Taiwan, dan ke sana cuma seminggu bukan selamanya..
Yaaah, yasudahlah...
Berikut sekelumit foto gue di sana:
Huh.. hah.. huh.. hah.. degdegser sebelum perform
Svarnabhum Airport Thailand
huooo Changi Airport Singapore yang menawan *sayang cuma singgah bentar*
ujan-ujanan di Grand Palace
berasa lagi piknik
semua peserta forum
di kelas Thai Traditional Dance bareng Yash
bertradisional ria di Gala Night
Impian gue berikutnya setelah ke Thailand adalah gue pengen ke luar Pulau Jawa tapi masih di Indonesia *ga kunjung puas*...Bersyukurnya impian ini kesampean baru-baru ini. 20-27 September 2011 kmaren gue berkesempatan mengunjungi Sulawesi Selatan, huhu lalala... Gue kesana buat jadi supervisor e-KTP, itu loh proyek Kementrian Dalam Negeri yang lagi rame dibicarakan.. Seneng? ooh pastinya. Selain bisa jalan-jalan gratis, dapet duit pula, hoho.. Gue berada di sana selama 7 hari, 2 hari di Makassar, 3 hari di Kepulauan Selayar dan 2 hari perjalanan Makassar-Selayar Selayar-Makassar..
Menyenangkanlah pokoknya, apalagi pas ke Selayar. Berhubung ini adalah daerah kepulauan, jadi gue mesti nyebrang lagi naek Speedboat, ohoho girang banget gue, pertama kali soalnya.. Makassar-Selayar lumayan jauh, klo dari pusat kota Makassar mesti ke Bulukumba dulu, 4.5 jam perjalanan abis itu nyebrang 2.5 jam..
Selayar Beach Hotel di mana gue bermalam di Selayar
Bersyukur banget deh pokoknya.. Dari perjalanan ini gue bisa mendalami pedalaman Selayar. Selaen itu juga gue bisa keliling Makassar, mampir ke Trans Studio, Pantai Losari, Karebosi, Jl. Somba Opu, dll. Oiya yang gak kalah penting adalah kulinernya, huwoooo mantap lah, Sop Konro, Sop Saudara, Coto Makassar, Jalang Kote, Pallu Basa, Klaapertaart, dan sebangsanya alhamdulilah sempet gue nikmatin...
Pantai Losari: panas nan menyejukkan
Setelah impian keluar pulau terwujud, mari buat mimpi baru.. Hmm apa ya? hmm sepertinya gue pengen menikmati pulau-pulau lain di Indonesia terus juga pengen ngerasain negara laen di luar ASEAN.. Yah semoga saja bisa terwujud, walopun entah kapan...